Selasa, 17 Maret 2015

Pengertian dan Pembagian Gaib

GHAIB

Banyak diantara manusia yang percaya dengan sesuatu yang ghaib namun tidak banyak yang paham tentang pengertian ghiab. Oleh karena itu jika ia beriman maka beriman tanpa ilmu, jika ia takut maka takut tanpa ilmu dan jika ia taat maka taat tanpa ilmu. Atas dasar pemikiran tersebut maka disini saya akan berbagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan GHAIB.

Ghaib dapat diartikan dengan segala sesuatu yang ada tapi tidak terlihat oleh mata. Allah menciptakan makhluk ghaib sebagai salah satu bukti kekuasaan-Nya. Diantara tanda orang taqwa adalah beriman terhadap yang ghaib. Allah berfirman:

Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al Baqarah:1-2).

Penjelasan: (Alif Lam Mim ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. Allah menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis. Sedangkan taqwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.)


PEMBAGIAN GHAIB

Sesuatu yang ghaib dibagi menjadi dua, yaitu ghaib mutlak (tidak terbatas) dan ghaib muqoyyad (terbatas). Ghaib mutlak adalah dzat Allah sebab tidak mungkin dapat dilihat oleh siapa pun termasuk para nabi. Nabi Musa pernah bermunajat kemudian tersirat dalam hatinya agar Allah dapat menampakkan dzat-Nya namun hal itu tidak mungkin terjadi. Allah berfirman:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (QS. Al A’raf:143).

Penjelasan: (Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia).

Dzat Allah termasuk kedalam ghaib mutlak sebab tidak mungkin dilihat oleh makhluk. Jika dzat Allah terlihat maka sama dengan makhluk sedangkan hal itu merupakan sesutau yang mustahil bukankah Allah berfirman:

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. (QS. Asy Syura:11).

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al Ikhlas:1-4).

Ayat-ayat tersebut jelas sekali menegaskan bahwa Allah berbeda dengan makhluk dalam segala hal termasuk keghaiban (ketidak nampakkan). Jika ada orang yang mengaku pernah melihat dzat Allah jelas sekali ia termasuk orang yang berdusta.

Bagian kedua adalah ghaib muqoyyad (terbatas) artinya sesuatu yang tidak terlihat oleh seseorang namun dapat dilihat oleh orang lain. Misalnya, sesuatu yang ada diluar rumah menjadi ghaib bagi orang yang ada di dalam rumah (sebab ia tidak dapat melihatnya) sedangkan bagi orang yang dapat melihatnya maka sesuatu tersebut bukan ghaib.

Allah menciptakan makhluk ada yang jelas terlihat dan ada yang ghaib (tidak terlihat). Makhluk ghaib yang diciptakan Allah seperti malaikat, jin, iblis, dan syaitan. Makhluk-makhluk tersebut menjadi ghaib bagi orang yang tidak melihatnya sedangkan ada sebagian orang yang dapat melihatnya maka malaikat, jin, iblis dan syaitan termasuk ghaib muqoyyad (terbatas). Dalam kesempatan ini saya akan mencoba berbagi tentang perbedaan makhluk ghaib malaikat, jin, iblis dan syaitan.
Allah memberikan anugerah kepada setiap makhluk berupa potensi batin yaitu rasa, nafsu dan pikiran. Sedangkan akal merupakan perpaduan antara rasa dan pikiran. Manusia memiliki semua potensi batin tersebut maka manusia merasakan senang, bahagia, sakit, susah, menderita, panas, dingin, sejuk, lelah, dan lain sebagainya. Selain itu manusia juga memiliki nafsu maka sangat wajar jika ia mempunyai keinginan. Kemudian manusia juga mempunyai pikiran sehingga ia mampu berpikir tentang segala hal yang baik dan buruk.

Berbeda dengan manusia, binatang hanya memiliki rasa dan nafsu seperti jin, iblis dan syaitan. Binatang dapat merasakan seperti yang dirasakan manusia dan mereka pun memiliki nafsu (keinginan) maka binatang dapat bertengkar dengan sesamanya dan dapat berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Begitu juga jin, iblis dan syaitan mempunyai rasa dan nafsu, mereka dapat merasakan apa yang biasa dirasakan manusia dan mereka juga mempunyai nafsu untuk menyesatkan manusia. Allah berfirman:

Allah berfirman: "(Kalau begitu) Maka Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan, Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka". (QS. Al Hijr:37-40).

Makhluk ghaib yang tidak memiliki potensi batin sama sekali adalah malaikat. Malaikat disebut ruh qudus (ruh yang suci) karena tidak memiliki rasa, nafsu, dan pikiran. Oleh sebab itu yang dijadikan khalifah di bumi adalah manusia sesuai dengan tujuannya untuk mengelola dan menghidupkan bumi. Malaikat merupakan makhluk yang suci dari potensi batin maka mereka akan selalu taat terhadap semua perintah Allah tidak satupun malaikat yang menentang perintah Allah.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim:6).

Maka ketika Allah memerintahkan malaikat agar bersujud sebagai penghormatan terhadap manusia mereka melakukannya. Ada banyak ayat yang menjelaskan ketaatan malaikat melakukan sujud atas perintah Allah. (QS. Al Baqarah:34, Al A’raf:11, Al Hijr:30, An Nahl:49, Al Isra:61, Al Kahfi:50, Thaha:116, dan Shad:73). Oleh karena malaikat tidak memiliki potensi batin maka mereka tidak dapat merasakan dan tidak mempunyai keinginan apapun. Malaikat sungguh suci dari rasa, nafsu, dan pikiran maka beriman kepada malaikat jelas disebutkan bergandengan dengan beriman kepada Allah, para rasul, kitab, dan hari akhir). Tidak ada satu pun ayat yang menerangkan bahwa kita harus beriman kepada jin, iblis dan syaitan tetapi kita harus mempercayai adanya jin, iblis dan syaitan sebagai makhluk ghaib.

Dengan demikian ghaib mutlak adalah dzat Allah tidak ada seseorang pun yang dapat melihatnya. Sedangkan ghaib muqoyyad seperti jin, iblis, syaitan, surga, neraka, siksa kubur, nikmat kubur dan lain sebagainya dapat terlihat oleh orang yang diberikan kemampuan oleh Allah untuk melihatnya.

(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya Dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (QS. Jin:26).

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam Keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya diantara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar. (QS. Ali Imran:179).

Diantara rasul-rasul, Nabi Muhammad s.a.w. dipilih oleh Allah dengan memberi keistimewaan kepada beliau berupa pengetahuan untuk menanggapi isi hati manusia, sehingga beliau dapat menentukan siapa diantara mereka yang betul-betul beriman dan siapa pula yang munafik atau kafir. Salah satu hikmah diciptakannya hal ghaib adalah supaya manusia sadar diri dan berhati-hati dalam segala ucapan dan perbuatannya. Sebagai contoh, jika surga dan neraka dapat dilihat oleh semua manusia niscaya tidak akan ada yang berbuat dosa. Oleh sebab itu tugas Nabi hanyalah member peringatan dan penjelasan terhadap manusia.

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al A’raf:188).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar