GHAIB
Banyak diantara manusia yang
percaya dengan sesuatu yang ghaib namun tidak banyak yang paham tentang
pengertian ghiab. Oleh karena itu jika ia beriman maka beriman tanpa ilmu, jika
ia takut maka takut tanpa ilmu dan jika ia taat maka taat tanpa ilmu. Atas
dasar pemikiran tersebut maka disini saya akan berbagi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan GHAIB.
Ghaib dapat diartikan dengan
segala sesuatu yang ada tapi tidak terlihat oleh mata. Allah menciptakan
makhluk ghaib sebagai salah satu bukti kekuasaan-Nya. Diantara tanda orang
taqwa adalah beriman terhadap yang ghaib. Allah berfirman:
Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al Baqarah:1-2).
Penjelasan: (Alif
Lam Mim ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari
surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim
shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan
pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat,
dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang
memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa
huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para pendengar supaya memperhatikan
Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah
dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak
percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w.
semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. Allah menamakan Al
Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa
Al Quran diperintahkan untuk ditulis. Sedangkan taqwa Yaitu memelihara diri
dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi
segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.)
PEMBAGIAN GHAIB
Sesuatu yang ghaib dibagi menjadi
dua, yaitu ghaib mutlak (tidak terbatas) dan ghaib muqoyyad (terbatas). Ghaib
mutlak adalah dzat Allah sebab tidak mungkin dapat dilihat oleh siapa pun
termasuk para nabi. Nabi Musa pernah bermunajat kemudian tersirat dalam hatinya
agar Allah dapat menampakkan dzat-Nya namun hal itu tidak mungkin terjadi.
Allah berfirman:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah
Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat
melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya
Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata:
"Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman".
(QS. Al A’raf:143).
Penjelasan: (Para
mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan
kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah
cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk,
hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan
ukuran manusia).
Dzat Allah termasuk kedalam ghaib mutlak sebab tidak mungkin dilihat
oleh makhluk. Jika dzat Allah terlihat maka sama dengan makhluk sedangkan hal
itu merupakan sesutau yang mustahil bukankah Allah berfirman:
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-
pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
(QS. Asy Syura:11).
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al Ikhlas:1-4).
Ayat-ayat tersebut jelas sekali menegaskan bahwa Allah berbeda dengan
makhluk dalam segala hal termasuk keghaiban (ketidak nampakkan). Jika ada orang
yang mengaku pernah melihat dzat Allah jelas sekali ia termasuk orang yang
berdusta.
Bagian kedua adalah ghaib muqoyyad (terbatas) artinya sesuatu yang
tidak terlihat oleh seseorang namun dapat dilihat oleh orang lain. Misalnya,
sesuatu yang ada diluar rumah menjadi ghaib bagi orang yang ada di dalam rumah
(sebab ia tidak dapat melihatnya) sedangkan bagi orang yang dapat melihatnya
maka sesuatu tersebut bukan ghaib.
Allah menciptakan makhluk ada yang jelas terlihat dan ada yang ghaib
(tidak terlihat). Makhluk ghaib yang diciptakan Allah seperti malaikat, jin,
iblis, dan syaitan. Makhluk-makhluk tersebut menjadi ghaib bagi orang yang
tidak melihatnya sedangkan ada sebagian orang yang dapat melihatnya maka
malaikat, jin, iblis dan syaitan termasuk ghaib muqoyyad (terbatas). Dalam
kesempatan ini saya akan mencoba berbagi tentang perbedaan makhluk ghaib
malaikat, jin, iblis dan syaitan.
Allah memberikan anugerah kepada setiap makhluk berupa potensi batin yaitu
rasa, nafsu dan pikiran. Sedangkan akal merupakan perpaduan antara rasa dan
pikiran. Manusia memiliki semua potensi batin tersebut maka manusia merasakan
senang, bahagia, sakit, susah, menderita, panas, dingin, sejuk, lelah, dan lain
sebagainya. Selain itu manusia juga memiliki nafsu maka sangat wajar jika ia
mempunyai keinginan. Kemudian manusia juga mempunyai pikiran sehingga ia mampu
berpikir tentang segala hal yang baik dan buruk.
Berbeda dengan manusia, binatang hanya memiliki rasa dan nafsu seperti
jin, iblis dan syaitan. Binatang dapat merasakan seperti yang dirasakan manusia
dan mereka pun memiliki nafsu (keinginan) maka binatang dapat bertengkar dengan
sesamanya dan dapat berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Begitu juga jin,
iblis dan syaitan mempunyai rasa dan nafsu, mereka dapat merasakan apa yang
biasa dirasakan manusia dan mereka juga mempunyai nafsu untuk menyesatkan
manusia. Allah berfirman:
Allah berfirman: "(Kalau begitu) Maka Sesungguhnya kamu Termasuk
orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan,
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba
Engkau yang mukhlis diantara mereka". (QS. Al Hijr:37-40).
Makhluk ghaib yang tidak memiliki potensi batin sama sekali adalah
malaikat. Malaikat disebut ruh qudus (ruh yang suci) karena tidak memiliki
rasa, nafsu, dan pikiran. Oleh sebab itu yang dijadikan khalifah di bumi adalah
manusia sesuai dengan tujuannya untuk mengelola dan menghidupkan bumi. Malaikat
merupakan makhluk yang suci dari potensi batin maka mereka akan selalu taat
terhadap semua perintah Allah tidak satupun malaikat yang menentang perintah
Allah.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (QS. At
Tahrim:6).
Maka ketika Allah memerintahkan malaikat agar bersujud sebagai
penghormatan terhadap manusia mereka melakukannya. Ada banyak ayat yang
menjelaskan ketaatan malaikat melakukan sujud atas perintah Allah. (QS. Al
Baqarah:34, Al A’raf:11, Al Hijr:30, An Nahl:49, Al Isra:61, Al Kahfi:50,
Thaha:116, dan Shad:73). Oleh karena malaikat tidak memiliki potensi batin maka
mereka tidak dapat merasakan dan tidak mempunyai keinginan apapun. Malaikat
sungguh suci dari rasa, nafsu, dan pikiran maka beriman kepada malaikat jelas
disebutkan bergandengan dengan beriman kepada Allah, para rasul, kitab, dan
hari akhir). Tidak ada satu pun ayat yang menerangkan bahwa kita harus beriman
kepada jin, iblis dan syaitan tetapi kita harus mempercayai adanya jin, iblis
dan syaitan sebagai makhluk ghaib.
Dengan demikian ghaib mutlak adalah dzat Allah tidak ada seseorang pun
yang dapat melihatnya. Sedangkan ghaib muqoyyad seperti jin, iblis, syaitan,
surga, neraka, siksa kubur, nikmat kubur dan lain sebagainya dapat terlihat
oleh orang yang diberikan kemampuan oleh Allah untuk melihatnya.
(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul
yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat)
di muka dan di belakangnya. Supaya Dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya
Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang
(sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu satu persatu.
(QS. Jin:26).
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam
Keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari
yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu
hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya diantara
rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan
jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar. (QS. Ali Imran:179).
Diantara rasul-rasul, Nabi Muhammad s.a.w. dipilih oleh Allah dengan
memberi keistimewaan kepada beliau berupa pengetahuan untuk menanggapi isi hati
manusia, sehingga beliau dapat menentukan siapa diantara mereka yang
betul-betul beriman dan siapa pula yang munafik atau kafir. Salah satu hikmah
diciptakannya hal ghaib adalah supaya manusia sadar diri dan berhati-hati dalam
segala ucapan dan perbuatannya. Sebagai contoh, jika surga dan neraka dapat
dilihat oleh semua manusia niscaya tidak akan ada yang berbuat dosa. Oleh sebab
itu tugas Nabi hanyalah member peringatan dan penjelasan terhadap manusia.
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku
dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan
Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman". (QS. Al
A’raf:188).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar